Kamis, 21 April 2016

DASAR-DASAR PERENCANAAN TENAGA KERJA



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya lah, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari makalah ini adalah “Dasar-dasar Perencanaan Tenagakerja”. Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengenalkan kepada para pembaca sekalian mengenai dasar-dasar perencanaan tenaga kerja sekaligus untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu. Semoga makalah ini berguna bagi para pembaca sekalian.  Kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian. Terima kasih.



Penyusun












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DASAR-DASAR PERENCANAAN TENAGA KERJA
·         Perkiraan Kesempatan Kerja atau Kebutuhan
·         Pekiraan Penyediaan Tenagakerja
·         Membandingkan Kebutuhan Dengan Penyediaan
·         Perencanaan Pendidikan
·         Perencanaan Pendidikan
·         Penyesuaian Rencana

DAFTAR PUSTAKA
 


Rencana Tenagakerja, di satu pihak memuat perkiraan kebutuhan tenaga untuk beberapa tahun kedepan sesuai dengan perkembangan ekonomi  atau rencana pembangunan yang telah ditetapkan. Di pihak lain Rencana Tenagakerja memuat cara dan langkah-langkah pemenuhan kebutuhan tenaga, baik melalui sistem pendidikan, maupun melalui program-program latihan. Proses perencanaan tenagakerja pada dasarnya dapat digolongkan kepada 6 tahap yang saling berkaitan yaitu: perkiraan kesempatan kerja atau kebutuhan, perkiraan dan perencanaan penyediaan tenagakerja, perhitungan kekurangan atau kelebihan, perencanaan pendidikan, perencanaan  latihan, dan penyesuaian rencana.
1.      Perkiraan Kesempatan Kerja atau Kebutuhan
Dasar perkiraan kesempatan kerja adalah rencana investasi dan/atau target hasil yang direncanakan, atau secara umum rencana pembangunan. Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang berbeda akan tenaga kerja,baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Daya serap tersebut berbeda secara sektoral dan menurut penggunaan teknologi. Sektor kegiatan yang dibangun dengan cara padat karya pada dasarnya dapat menciptkan kesempatan kerja yang relatif besar dan tidak terlalu terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi. Sebaliknya sector dan subsector yang dibangun dengan cara padat modal menimbulkan kesempatan kerja yang relatif sedikit, akan tetapi dengan tenaga berketerampilan yang cukup tinggi.
Perkiraan daya serap tenagakerja tiap sektor dan subsektor ekonomi serta persyaratan kualifikasi yang diperlukan sangat penting dalam memperkirakan kesempatan kerja. Untuk itu diperlukan keterangan-keterangan mengenai : (1) satuan pertambahan investasi untuk penciptaan satu kesempatan kerja (Incremental capital employment ratio) pada waktu yang lalu, (2) koefisiean kebutuhan tenagakerja untuk satu satuan hasil (labor requirement per unit output)dimasa yang lampau, (3) perkiraan incremental capital-employment ratio dan labor requirement per unit output  untuk jangka waktu perencanaan, dan (4) rencana investasi dan/atau target output selama periode perencanaan.
Sebagaimana dikemukakan di atas, perencanaan tenagakerja dimulai dengan dan didasarkan pada proyeksi pertumbuhan pendapatan nasional tiap-tiap sektor, produktivitas kerja, dan struktur jabatan di tiap-tiap sektor, serta perkiraan kebutuhan tenaga untuk mengisi jabatan-jabatan tersebut. Model perkiraan kebutuhan tenaga didasarkan pada beberapa asumsi:
Asumsi pertama: proporsi kontribusi tiap sektor j pada pendapatan nasional adalah tetap.
sj = Yj/Y……………………………………….(9.1)
dimana:
sj       : proporsi kontribusi (share) sektor j pada pendapatan nasional.
Yj     : pendapatan nasional sektor j.
Y    : pendapatan nasional dalam arti produk domestik  bruto atau gross domestik  produk (GDP)
j      : sektor-sektor ekonomi yang terdiri dari pertanian, pertambangan, industry, listrik dan gas, bangunan, perdagangan, angkutan, keuangan dan asuransi, jasa jasa atau terdiri dari n subsector.
Pendapatan nasional di masing-masing sektor j dan pendapatan nasional adalah:
Yj = sj Y………………………………………………………(9.2)


dan                                                 Y =  ……………………………………………….…….(9.3)

Asumsi kedua : produktivitas kerja di tiap-tiap sektor j adalah tetap
Pj = Yj/Lj…………………………………………….........…..(9.4)
Pj    : produktivitas kerja rata-rata atau jumlah pendapatan di sektor j dibagi jumlah pekerja di sektor j tersebut.
Lj    : jumlah pekerja di sektor j.
labor coefficient didefenisikan sebagai jumlah tenaga yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit pendapatan nasional. Dengan demikian labor coefficient atau koefisien penyerapan tenaga di tiap-tiap sektor merupakan kebalikan dari produktivitas kerja di sektor yang bersangkutan. Jadi koefisien penyerapan tenaga  adalah:
Ij = …………………………………………...………………….(9.5)
Sehingga                 Lj = Ii Yi………………….……………………………………..(9.6)
Dengan demikian jumlah tenaga yang diperlukan untuk seluruh ekonomi adalah:
L =  Lj =    lj    Yj…………………………………………….(9.7)

Asumsi ketiga         : struktur jabatan di setiap sektor adalah tetap
Untuk memproduksikan hasil tertentu di suatu sektor, terdapat pola atau struktur jabatan dengan jumlah pekerja tertentu di masing-masing kelompok jabatan. Perbandingan antara jumlah pekerja dalam kelompok jabatan i dengan jumlah seluruh pekerja di sektor j adalah:
Iij = Lij/Lj……………………….............………………………..(9.8)
Sehingga jumlah pekerja dalam kelompok jabatan i di sektor j adalah:
Lij = 1ij Lj ………………………......……………………………(9.9)
Jumlah pekerja dalam kelompok jabatan diseluruh sektor adalah:
Li = ………………….....………………………………(9.10)
Asumsi keempat          : Tiap kelompok jabatan tertentu sepadan dengan jenis dan tingkat pendidikan tertentu.
jadi      Lij = Eij ……………………………………………..(9.11)
dan      Li  = Ei……………………………………………….(9.11a)
Maka kebutuhan tenaga untuk jenis dan tingkat pendidikan i adalah:
Ei = ………………………………………………………......................……..(9.12)

Penyesuaian dengan Perkembangan Teknologi
Asumsi pertama, kedua dan ketiga dapat berubah sehubungan dengan  perkembangan teknologi yang berubah dengan cepat dan perbedaan perkembangan teknologi yang digunakan antar sektor dan/atau antar subsector. Dengan demikian koefisien tiap tahun t dapat dihitung melalui ekstrapolasi linear menjadi:
sj(t) = sj(0) + aj x t ……………………………………(9.13)
Ij(t) = Ij(0) + bj x t…………………………………….(9.14)
Iij(t) = Iij(0) + cij x t…………………………………..(9.15)
Khusus untuk asumsi pertama,persamaan (9.1) dan (9.3) tidak diperlukan bila tingkat pertumbuhan tiap sektor telah ditetapkan dalam perencanaan. Dalam hal ini pendapatan atau GDP di masing-masing sektor atau subsector untuk tiap tahun t dapat diperkirakan sesuai dengan tingkat pertumbuhan yang direncanakan. jadi :
Yj(t) = Yj(0) [1 +rj]t…………………………………(9.16)
dimana rj adalah tingkat pertumbuhan GDP per tahun di sektor j.
Satu target tingkat pertumbuhan yang direncanakan tentu dilengkapi dengan rencana kebijakan untuk mendukung pencapaian sasaran tersebut. Kebijakan demikian termasuk alokasi dana dan sumber sumber lain, penggunaan teknologi dan sebagainya dapat mempengaruhi besarnya koefisien Ij(t) dan Iij(t) dalam persamaan (9.14) dan (9.15). Dengan kata lain, dalam hal tingkat pertumbuhan masing masing sektor atau subsector yang direncanakan, besarnya Lj(t) dan Iij(t) perlu dirapikan dengan antisipasi pengaruh kebijakan yang akan di ambil.
2.      Pekiraan Penyediaan Tenagakerja
 Penyediaan tenagakerja tergantung pada jumlah penduduk dalam usia kerja dan tingkat partisipasi kerja. Perkiraan penyediaan tersebut dapat diperinci menurut daerah, jenis kelamin, jenis tingkat pendidikan, keahlian serta keterampilan khusus. Perkiraan tersebut dapat didasarkan pada:
1.         Keadaan tenaga kerja pada masa lampau.
2.         Kapasitas dan lulusan setiap tahun dari lembaga pendidikan.
3.         Kapasitas dan lulusan setiap tahun lembaga pelatiha.
4.         Tingkat partisipasi kerja penduduk dalam setiap golongan dan kelompok umur.
Perkiraan penduduk dalam setiap jenis dan tingkatan pendidikan dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu:
a.    Perkiraan pertambahan lulusan masing-masing jenis dan tingkat pendidikan tiap tahun.
Besarnya lulusan masing-masing jenis dan tingkat pendidikan tiap tahun (Gj) tergantung dari jumlah murid (Mj) dan proporsi antara lulusan terhadap murid pada setiap jenis dan tingkat pendidikan (fi). jadi:
Gj(t) = fi . Mi(t)………………………………………….(9.17)
Dengan mempertimbangkan jumlah yang meninggal Di(t), jumlah penduduk berpendidikan tertentu dalam tahun t adalah:
Pi(t) = Pi(t-1) + Gi(t) – Di(t)……………………………..(9.18)
Besarnya penyediaan tenagakerja untuk masing-masing jenis dan tingkatan pendidikan dipengaruhi oleh  jumlah penduduk dan tingkat  partisipasi kerja (labor force participation rate) kelompok penduduk tersebut. jadi:
Ei(t) = Pi . Pi(t)………………….....…………………….(9.19)
Pi adalah tingkat partisipasi kerja untuk jenis dan tingkat pendidikan i.

b.    Intrapolasi dan Ekstrapolasi
Salah satu alternatif perkiraan jumlah jumlah lulusan adalah dengan cara intrapolasi dan ekstrapolasi berdasarkan perkembangan masa lampau. Jadi dengan laju pertumbuhan ri, jumlah penduduk dengan jenis dan tingkat pendidikan tertentu adalah:
Pi(t) = Pi(0) [1 + ri]t………………………………......(9.20)
Besarnya penyedian tenaga dapat ditentukan dengan persamaan (9.18). Akses terhadap pendidikan dan tingkat kerja ternyata berbeda antara pria dan wanita. Dengan demikian persamaan (9.17), (9.18), (9.19), dan (9.20) lebih baik dilakukan secara terpisah untuk laki laki dan wanita.

3.      Membandingkan Kebutuhan Dengan Penyediaan
Dengan membandingkan perkiraan kesempatan kerja atau kebutuhan dengan penyediaan tenaga untuk tiap-tiap kelompok jabatan di masing-masing sector atau subsector, dapat diketahui apakah terjadi ketidakseimbangan di tiap-tiap kategori tersebut. Kekurangan tenaga untuk kategori tertentu pada dasarnya dapat dipenuhi melalui program pendidikan dan latihan. Kelebihan tenaga dalam kategori tertentu menganjurkan perlunya diadakan peninjauan kembali suatu rencana pembangunan serta penyesuaian penyediaan fasilitas pendidikan dan latihan.

4.      Perencanaan Pendidikan
Dari perkiraan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja dapat diperiksa apakah terjadi ketidakseimbangan di tiap-tiap kategori. Hal tersebut Pertama-tama dicoba disesuaikan  melalui sistem pendidikan. Bila dalam periode perencanaan ditemukan perkiraan penyediaan tenaga tertentu melebihi perkiraan lowongan,  maka fasilitas pendidikan dalam jurusan tersebut dapat dikurangi.  Bila sebaliknya yang terjadi maka fasilitas pendidikan dalam bidang tersebut perlu ditambah. Penambahan atau pengurangan fasilitas pendidikan serta kebijakan-kebijakan penunjangnya dirumuskan dalam satu rencana pendidikan.


5.      Perencanaan Latihan
Perencanaan latihan merupakan bagian integral dari perencanaan tenagakerja karena:
1.    Salalu terdapat keterampilan dan keahlian tertentu untuk pembangunan yang tidak diberikan dalam sistem pendidikan formal dan perlu disediakan melalui sistem latihan.
2.    Penyediaan tenaga melalui sistem pendidikan memerlukan waktu lama dibandingkan dengan periode perencanaan.
3.    Perkembangan teknologi demikian cepatnya sehingga setiap karyawan perlu secara terus menerus tanggap dan meningkatkan keterampilan sesuai dengan teknologi baru tersebut.
4.    Khusus buat Indonesia dalam keadaan sekarang ini, tingkat pendidikan dan keterampilan sebagian besar angkatan kerja masih sangat rendah sehingga perlu ditingkatkan lagi melalui program-program latihan.

6.      Penyesuaian Rencana
Perencanaan  tenagakerja didasarkan pada rencana pembangunan dan ditujukan pada keberhasilan rencana pembangunan tersebut. Namun keterbatasan perencanaan tenagakerja menyediakan tenaga yang dibutuhkan (melalui sistem pendidikan dan latihan) sekaligus menjadi keterbatasan rencana pembangunan juga. Keterbatasan penyediaan tenaga tertentu dalam rangka perencanaan tenagakerja menuntut peninjauan dan penyesuaian kembali sasaran-sasaran atau target dalam rencana pembangunan.
  

a.         Penyediaan,Ei(t), lebih kecil daripada kebutuhan,Li(t)
Kekurangan tenaga untuk kelompok jabatan tertentu diperkirakan akan terjadi bila dalam satu tahun tertentu perkiraan penyediaan,Ei(t) lebih kecil daripada perkiraan kebutuhan,Li(t). Dengan demikian melalui perencanaan pendidikan usaha-usaha perlu dilakukan untuk menambah lulusan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dapat terpenuhi.
Jumlah lulusan jenis dan tingkatan pendidikan tertentu relatif sedikit sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan, yang dapat terjadi karena: fasilitas pendidikan seperti ruangan kelas yang terbatas sehingga penerimaan murid sedikit, uang sekolah terlalu mahal relatif terhadap pendapatan keluarga, atau jenis pendidikan tersebut kurang menarik, baik karena penghasilan kenudian atau expected return dari sekolah tersebut relatif kecil, maupun karena pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan  pendidikan itu dianggap masyarakat kurang menarik atau inferior.
Dengan demtkian, jumlah lulusan jenis dan tingkatan pendidikan tertentu dapat diperbesar dengan beberapa cara alternatif.
1.    Dengan menambah fasilitas pendidikan.
2.    Jumlah lulusan dapat diperbesar dengan mengurangi biaya sekolah.
3.    Khususny bagi sekolah-sekolah yang peminatnya kurang, jumlah lulusan dapat diperbesar dengan menyediakan insentif.
4.    Kekurangan tenaga dari jenis dan tingkatan pendidikan tertentu dapat dipenuhi dengan mengalihkan kelebihan tenaga pada jenis dan tingkatan pendidikan yang lain.
b.          Penyediaan tenaga lebih besar daripada kebutuhan
Bila penyediaan tenaga dari jenis dan tingkatan pendidikan tertentu lebih besar daripada kebutuhan dalam kelompok jabatan yang sepadan, maka akan terjadi pengangguran. Kelebihan tenaga jenis dan tingkatan pendidikan tertentu dapat dialihkan untuk mengisi kelompok jabatan yang lain melalui program-program penyesuaian dan latihan. Disamping itu penyediaan tenaga tersebut melalui mekanisme pendidikan dapat dikurangi antara lain dengan:
1.      Mengurangi subsidi pemerintah.
2.      Menambah beban orang tua (pembayaran uang sekolah yang lebih tinggi).
3.      Meningkatkan persyaratan penerimaan murid baru.
Bila cara-cara tersebut diatas tidak dapat memecahkan seluruh persoalan maka adalah kewajiban pemerintah untuk menyesuaikan rencana pembangunan yang ditujukan juga menanggulangi masalah kesempatan kerja. Dengan demikian jelaslah bahwa perencanaan tenagakerja erat hubungannya bukan saja dengan perencanaan pembangunan, akan tetapi juga dengan perencanaan pendidikan, perencanaan latihan, dan umpan balik kepada perencanaan pembangunan itu sendiri.




DAFTAR PUSTAKA
Compilasi Ekonomi Sumber Daya Manusia (ESDM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar